Pages

Rabu, 07 Juni 2017

Ramadhan, surat untuk masa kecil

Ramadhan...

Sudah beberapa tahun ini ku memulai dengan menyambutmu jauh dari orang tua. Jauh dari heningnya sebuah pedesaan yang  nyaman pada sore hari. Angin sepoi-sepoi yang menggerogoti kulit seakan menjadi khas yang kurasakan saat itu.

Ramadhan...

Ingat sekali saat aku kecil dulu sering melanggar aturanmu. Mulai dari maling jeruk di kebon orang lalu diam-diam memakannya atau sembunyi di kamar dengan minuman yang kusembunyikan di dalam baju.

Senja sore itu kadang buatku tertawa saat ini. Ketika ingin berbuka di masjid selalu saja masing-masing anak menyombongkan dirinya dengan makanan yang mereka bawa dari rumah. Bahkan dengan kesombongannya saat itu, aku jadi sadar bahwa masa kecilku penuh dengan canda tawa.

Ramadhan...

Jalanan kecil itu sangat membekas hingga saat ini. Jalanan yang dulu menjadi tempat ketika aku berlarian saling mengejek ketika satu sama lain tak ada yang mengalah dalam hal makanan.

Jalanan itu seakan menjadi tempat paling ku gemari sambil menunggu buka. Orang tua saling berteriak seolah memberi sinyal bahaya karena banyaknya kendaraan yang lewat. Tapi itulah aku dengan kepolosan masa kecil yang kupikirkan hanya bermain

Ramadhan...

Seandainya ku bisa mengirimkan surat kepada diriku 10 tahun lalu, saat ini aku hanya ingin menulis "Aku rindu" melihat kepolosanku yang nakal, rindu menjadi anak kecil yang sering dimarahi ketika pulang penuh dengan debu dan rindu berbuka dengan teman-teman semasa permainan yang saling menyombongkan diri dengan mewahnya bekal buka puasa.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar