Pages

Jumat, 11 Agustus 2017

Jarak

Bulan april kala itu adalah kali terakhir gue berakhir dengan jarak. Jarak yang awalnya gue anggap hanya sebatas Kilometer yang hanya perlu dinikmati. Jarak yang selalu menemani hari gue dengan sedih canda tawanya. Jarak yang kadang terselip sebuah kerinduan untuk dicurahkan tapi berakhir dengan perpisahan.

Jarak kadang ngeselin bagi gue. Misalnya gue harus berpisah dengan mas-mas Martabak langganan gue di daerah Denpasar. Martabak dengan aroma khasnya, rasanya dan kumis mas-mas nya. Ahh rindu sekali akan mereka. 

Jarak juga bikin hal yang kadang dulu kita anggap sepele tapi sekarang malah ngangenin. Misalnya, gue suka banget duduk di balkon rumah sambil liat view gunung ditemenin kopi di pagi hari atau kangen sama masakan mama yang tiap hari selalu kita makan.

Jarak hanyalah sebuah istilah yang buat gue ngerasa antara bersyukur dan harus benci. Bersyukur karena jarak ngajarin gue apa itu sabar, ikhlas dan pahit. Yang buat gue jadi tau kapan harus berjuang atau ninggalin sesuatu yang emang pahit banget buat dijalanin. Benci karena "jarak", buat gue jauh dari hal-hal nyaman yang selalu gue lakuin. Benci karena jarak gue jadi tau kalo "Kilomteer" bukan hanya sebuah satuan jalan tapi semacam "Kilometer" yang memang untuk di Rindu.