Pages

Sabtu, 17 Desember 2016

Coffee

Kopi mungkin bagi sebagian orang hanya minuman untuk meningkatkan ketahanan mata untuk berkedip lebih lama alias ngantuk. Tapi bagi gue gak ada kopi samping laptop sama halnya gak ada ide. Saat nulis ini samping gue ada coffee latte. Udah banyak banget macam-macam kopi yang menemani gue saat nulis. Dari kopi yang ada iklannya di tipi-tipi kek luwak white coffee sampe yang macam nama benua Americano udah gue cobain. Tapi diantara kopi lain yang namanya keren-keren, paling berkesan menurut gue adalah Black Coffee alias kopi item. Widih kopi pinggiran yang harganya dua ribuan tapi dijual di café ampe puluhan ribu. Padahal rasanya sama aja. PAHIT. Bedanya mungkin dari penyajian, mewahnya gelas yang berisi merek café, mba-mba mas-mas yang keren sama satu lagi biasanya kopi pinggir jalan masih ada ampasnya. Itu yang keren wkwwkwk

Saat nulis ini gue inget dulu ketika kopi pertama yang gue minum adalah buatan nenek. Saat itu nenek gue buatin kopi untuk kakek setelah bekerja. Dengan mengambil beberapa sendok serbuk kopi lalu diseduhnya (sebelumnya kopi ini dibeli dipinggir jalan di sebuah desa namanya Kintamani). Tanpa gula hanya terlihat sebuah kopi hitam biasa dengan gelas bening. Lalu gue coba merengek untuk dibuatin kopi. Seruputan pertama saat masuk lidah adalah blueh bluehh ampas kopi nempel dibibir. Tapi lama kelamaan pahit serta ampasnya serasa enak. Itulah kenapa saat itu juga gue mendedikasikan sebagai Penyuka Kopi.

Kopi itu adalah sebuah dosa yang paling sulit gue tolak

Kopi itu sebuah seni rasa ketika orang meminumnya

Kopi itu Indah ketika di mix dengan sesuatu tertentu


Kopi itu kamu… Pahit di depan manis dibelakang (ini bercanda serius)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar