Pages

Minggu, 25 Januari 2015

Kepada kamu dengan patah hati yang terdalam


Awal cinta memang manis semanis yg orang bilang "tahi bisa jadi rasa cokelat". Itu yg aku rasakan. Mencari kesalahan2 kecil yg ada dalam dirimu dengan penuh paksaan dan aku benci untuk mengetahui kamu begitu sempurna buat diriku. Seolah tanpa celah tanpa cacat dan hanya terlihat keanggunan yg begitu indah dari dalam dirimu dan aku jujur dalam hati yg begitu tulus "aku jatuh hati kepadamu"

Aku benci ketika sosok dirimu selalu muncul setiap saat tanpa kenal waktu dalam memori kecil yg ada di otak ku. Dan saat pada waktunya tiba hal yg pernah lelaki lakukan di hidupnya adalah dimana ia menyatakan cinta dari kegelisahan yg tulus. Singkat kata setelah kejadian itu kau menjadi pembimbing hati ini untuk melangkah ke depan.

Aku benci ketika harus ke bioskop lalu menonton film drama dengan tatapan yg nanar. Aku benci ketika adegan dalam film itu menunjukan bahwa cinta itu gk ada yg abadi melainkan cinta tulus dari hati yg menjadikan itu tetap tumbuh hingga pada waktunya mati layu seperti bunga. Aku benci ketika kita bergandengan tangan dengan tatapan begitu tegang melihat layar bioskop sembari memakan pop corn dengan perlahan seolah2 kita ikut merasakan kejadian itu.

Aku benci seolah aku menjadi orang lain yg selalu ada buat kamu. Menemani setiap detik waktuku hanya untuk kamu. Dan ketika itu semua berubah hubungan ini juga berubah. Pesan rindu yg kukirim hanya berbalas kasih yg tak sampai. Mengobrol dengan nada sedu berbalas balasan singkat dari bibirmu yg indah itu. Apa aku harus menjadi orang lain lagi untuk kita kembali sperti dulu? Mungkin. Tapi kata orang menjadi diri sendiri adalah hal terindah dalam hidup. Mudah-mudahan itu benar walau menyakitkan

Dan ketika hubungan ini berakhir dan saat itu pun kau dengan polosnya berkata "hai kenalin ini pacar baru aku". Apa mungkin aku hanya robekan kertas yg dulu kau isi dan tulis dengan kata2 indah dan setelah itu berakhir kau akan membuangnya atau menyimpannya di sebuah selipan buku yg banyak? Mungkin.

Sama seperti menjadi orang lain, aku benci harus melakukan hal yg sama setiap saat. Menemani kamu kemanapun kamu mau, membalas bbm berjam2 setiap hari ataupun harus berpura2 bahagia bisa deket sama kamu. Demi tuhan aku benci itu semua. Mungkin dia lebih baru dan aku lebih lama.

Sambil memandangi langit sore yg indah terkadang aku bertanya pada hati ini "perlu berapa kali diselingkuhin agar kita kuat menghadapi patah hati?"

1 komentar: